Monday, November 26, 2012

tugas Comm Science.

soal:

factor that influences patterns:
stage of relationship and context
interpersonal needs and styles
power
conflict

relational patterns:
supportive and defensive climates
dependencies and counterdependencies
progressive and regressive

1.stage of relationship and context


Konteks adalah gagasan yang digunakan dalam ilmu bahasa (linguistik, sosiolinguistik, linguistik fungsional sistemik, analisis wacana, pragmatik, semiotika, dll) dalam dua cara yang berbeda, yaitu sebagai

* Lisan konteks
* Konteks sosial

Konteks verbal
Konteks verbal mengacu pada teks sekitarnya atau berbicara dari sebuah ekspresi (kata, kalimat, percakapan gilirannya, tindak tutur, dll). Idenya adalah bahwa konteks lisan mempengaruhi cara kita memahami ekspresi. Oleh karena itu norma untuk tidak mengutip orang keluar dari konteks. Karena linguistik kontemporer banyak mengambil teks, wacana atau pembicaraan sebagai objek analisis, studi modern konteks lisan terjadi dalam hal analisis struktur wacana dan hubungan timbal balik mereka, misalnya hubungan koherensi antara kalimat.

Konteks sosial
Secara tradisional, dalam sosiolinguistik, konteks sosial didefinisikan dalam istilah variabel sosial obyektif, seperti kelas, gender atau ras. Baru-baru ini, konteks sosial cenderung didefinisikan dari segi identitas sosial yang ditafsirkan dan ditampilkan dalam teks dan berbicara oleh pengguna bahasa
Teori Multidisiplin
Dalam teori baru multidisiplin tentang konteks, Teun A. van Dijk menolak konsep objektivis dari konteks sosial dan menunjukkan bahwa sifat relevan dari situasi sosial hanya dapat mempengaruhi menggunakan bahasa sebagai definisi situasi subjektif oleh peserta, seperti yang diwakili dan ongoingly diperbarui dalam mental yang spesifik model pengguna bahasa: model konteks.



Sebagai contoh, Pertanyaan adalah tindak tutur, tetapi Question_on_hotel adalah tindakan dialog. Dialog tindakan yang berbeda dalam sistem dialog yang berbeda. Jumlah tindak wicara yang umum dikenal, dan stabil sekitar 10 atau lebih, jumlah tindak dialog bervariasi dari sistem ke sistem. Dalam beberapa sistem
, jumlah tindak dialog dapat sampai dengan 40.



Sumber:
http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2228368-pengertian-konteks-menggunakan-bahasa/#ixzz2DKb0O0Rf

2.interpersonal needs and styles



Hubungan interpersonal sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Dua hal ini tak terpisahkan: hubungan interpersonal terjlin melalui komunikasi. Dengan kata lain, komunikasi merupakan dasar bagi pengembangan hubungan interpersonal. Disisi lain ketrampilan komunikasi itu sendiri juga di tentukan pleh ketrampilan tertentu yang merupakan bagian dari ketrampilan hubungan interpersonal (Nilam Widyarini, dalam bukunya yang berjudul membangun hubungan antar manusia.

Menurut Miller (Rakhmat, 2005:120) ‘memahami proses komunikasi interpersonal menuntut pemahaman hubungan simbiotis antara komunikasi dengan perkembangan relasional: Komunikasi mempengaruhi perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihakpihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.

Komunikasi interpersonal (interpersonal comunication) adalah pertemuan antara orangorang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara verbal maupun non verbal’. Komunikasi yang efektif akan menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Karena dalam hubungan interpersonal dilakukan dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi, sehingga orang yang melakukan interaksi tersebut akan bisa mengetahui reaksi orang lain baik yang bersifat verbal maupun non verbal (Rochmaningsih, 2004).


3.Power ( kekuasaan)
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan (kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi).
Contoh: seorang ayah atau kepala rumah tangga mempunyai kekuasaan tetap dirumah untuk mengatur keluarga agar hidup dalam ketertiban. Dan mempunyai kekuasaan yang berhubungan dengan keluarga atau rumah tangga.

4. Conflict (konflik)

Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesama manusia. Ketika berinteraksi dengan sesama manusia, selalu diwarnai dua hal, yaitu konflik dan kerjasama. Dengan demikian konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia.
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik, dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002) diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Menurut Kartono & Gulo (1987), konflik berarti ketidaksepakatan dalam satu pendapat emosi dan tindakan dengan orang lain. Keadaan mental merupakan hasil impuls-impuls, hasrat-hasrat, keinginan-keinginan dan sebagainya yang saling bertentangan, namun bekerja dalam saat yang bersamaan. Konflik biasanya diberi pengertian sebagai satu bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, faham dan kepentingan di antara dua pihak atau lebih. Pertentangan ini bisa berbentuk pertentangan fisik dan non-fisik, yang pada umumnya berkembang dari pertentangan non-fisik menjadi benturan fisik, yang bisa berkadar tinggi dalam bentuk kekerasan (violent), bisa juga berkadar rendah yang tidak menggunakan kekerasan (non-violent). Gambar 6.1 menjelaskan tentang perilaku manusia yang muncul akibat dari perbedaan pendapat. Demonstrasi yang dilakukan untuk menentang kebijakan negara adalah salah satu bentuk perbedaan pendapat dan kepentingan antara kelompok masyarakat dengan negara atau dengan kelompok lainnya. Fenomena ini termasuk dalam kategori konflik, walaupun tidak mengarah kepada pertentangan fisik. Konflik juga dimaknai sebagai suatu proses yang mulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan segera mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang diperhatikan oleh pihak pertama.
Contoh: konflik antara pertemanan yang diakibatkan karna adanya salah paham yang menimbulkan pertengkaran antara temen-teman.
 


5. Supportive and defensive climates (Iklim defensif):
adalah: bersikap bertahan, dipakai atau dimaksudkan untuk bertahan, atau dalam keadaan bertahan. Ketika digunakan dalam praktek, defensif ini sering punya dua konotasi. Yang pertama konotasinya positif. Ini dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam mempertahankan dirinya dari serangan, hantaman, godaan, atau jebakan dari luar (orang dan keadaan). Kemampuan ini merupakan buah dari kematangan, ketangguhan, atau kedalaman
Defensif dengan konotasi yang ini dapat kita temui dalam strategi peperangan. “Defensive is more powerful than offensive.” Kenapa? Menurut pengalaman para jagoan, orang yang lebih memilih strategi offensif (menyerang lebih dulu), biasanya lebih rentan didominasi nafsu untuk mengalahkan, nafsu keserakahan, atau nafsu untuk menghancurkan. Secara emosi, strategi ofensif ini jauh lebih melelahkan ketimbang strategi defensif. Ini tidak berarti mereka yang defensif itu diam ketika diserang. Mereka tetap menyerang, namun motif dan kesadaran yang membimbingnya adalah tujuan untuk mempertahankan diri.
Contoh:
Peperangan, penyerangan, atau pertempuran para nabi. Kalau dilihat di sejarahnya, strategi yang dipilih adalah defensif (to defend). Mereka dikirim Tuhan untuk menyebarkan kedamaian, tetapi karena di lapangannya menghadapi serangan dari orang-orang yang tidak pro dengan nilai-nilai itu dan menyerangnya, tentu saja tidak tinggal diam. Mereka membalas serangan itu untuk mempertahankan diri dan misi sucinya.

6. Dependencies and counterdependencies
dependencies :
keadaan bergantung kpd orang lain krn belum dapat hidup sendiri; ketergantungan;  keadaan tidak merdeka, di bawah kekuasaan atau pengaruh negara lain (tt negara); keadaan dijajah;  Ling hubungan antara unsur-unsur gramatikal dng salah satu sbg penguasa dan lainnya sbg unsur bergantung (dikuasai), msl frasa verba menguasai frasa nomina pd tataran klausa, vokal (inti) menguasai konsonan pd tataran suku kata.
Contoh:  seorang anak yang masih belajar hidup bersosialisasi dan membutuhkan bantuan dari keluarganya
  
7. Progressive and Regressive:
Progresif
Progresif berasal dari kata progressive yang memiliki arti :
1. ke arah kemajuan
2. berhaluan ke arah perbaikan keadaan sekarang
3. bertingkat-tingkat naik
Contoh: seorang teman yang mengajak kakak nya makan siang, tetapi ketika mengajak kakak nya, ternyata kakak nya lebih bersemangat untuk makan siang dibandingkan adik nya dan bersemangat, sehingga kemauan untuk melakukannya naik. 
 Regresif: 
 Bersifat kata yang berarti mundur atau  berurutan mundur
contoh: ketika mengajak teman untuk berbelanja ke mall, tetapi teman itu tidak begitu bersemangat dan tidak begitu tertari untuk pergi. Dan dia menjalankan nya dengan tidak memuaskan